Sunday, April 19, 2009

Mencoba Mencari Arti Komunikasi Orang Tua - Anak



Pernahkah anda mendengar atau melihat cerita tentang seorang anak yang tidak dipercaya orang tuanya atau pihak yang lebih dewasa ketika merasakan, melihat sesuatu penting lalu berusaha melaporkannya?

Baru saja saya menyaksikan kembali (entah untuk yang kesekian kali) menyaksikan sinema keluarga home alone 3 di star movie.
Film yang intinya merupakan sepenggah kalimat translete dari judul film tersebut, home alone (sendiri dirumah).
Namun banyak sekali makna atau pesan yang telah disampaikan lewat film yang dibuat menarik karena seorang anak sendiri dirumah berhasil menjadi brave child dan tidak takut, mengumpat atau lari dari kenyataan.
Cerita seru itu dimulai saat anak berusaha melaporkan sebuah tindakan mencurigakan sekumpulan orang namun tidak dipercaya oleh polisi, bahkan orang tua dan semua saudaranya mentertawakannya atas tindakan (yang menurut mereka) bodoh karena tanpa bukti kuat.

Kembali ke pertanyaan saya di awal, kalau anda belum pernah melihat kejadian seperti itu makan tontonlah film tersebut untuk dapat berbagi cerita dan berpendapat bersama saya disini.
Jika sudah, apa tanggapan anda tentang anak yang berusaha mengatakan atau melaporkan lalu mengharapakan suatu tindakan dari pihak yang dianggapnya bisa membantunya namun malah diremehkan? Apakah permintaan maaf diakhir cerita (ketika bukti sudah jelas dan nyata) cukup untuk mengembalikan rasa percaya diri sang anak?
saya kembali ingin bercerita, saat saya mengemban pendidikan sebagai murid SMP Internat Al Kausar Boarding School, saat itu saya sedang liburan sekolah (entah kenaikan kelas, atau apa saya lupa). Liburan itu tidak begitu menyenangkan karena saya harus menderita penyakit magh dan harus ke dokter untuk diberikan obat. Obat pun saya konsumsi sesuai anjuran dokter agar saya terlepas dari derita perut untuk bisa merasakan cairan asam lambung kembali normal dan tidak sering menganggu pencernaan pada lambung dan usus saya.
Pada malam hari setelah saya makan mie rebus lalu mengonsumsi obat yang diberikan dokter, saya merasakan tidak enak pada lidah dan sekitar mulut saya. Rasanya ada yang membakar dan membuat tegang lidah saya. Pastinya perasaan itu sangat menganggu dan membuat pikiran saya kemana-mana. Namun orang tua saya hanya beranggapan panas kuah mie yang diadu dengan air dingin membuat lidah saya terasa seperti itu. Nyatanya? Saya harus dilarikan ke rumah sakit karena tiba-tiba lidah saya menjulur ke luar karena tegang dan seperti orang step (dugaan sementara). Setelah dokter UGD menangani dan mengembalikan lidah saya ke posisi normal, mereka mengatakan alergi pada obat yang sedang dikonsumsinya membuat syaraf disekitar lidah saya tegang lalu bereaksi.
Keluar dari cerita. Apakah yang dibutuhkan seorang anak untuk bisa menyampaikan sesuatu agar dipercaya oleh orang tuanya? Pertanyaan saya diluar aspek apakah anak itu nakal atau suka membohong atau sedang sakit lalu sendiri dirumah atau sedang menghayal sesuatu. Apa dan siapakah yang harus dibenahi? Cara anak menyampaikan sesuatu ke orang tua? Atau cara orang tua memandang sesuatu dari sang anak? Atau cara orang tua mengajarkan life skill terhadap anak? Apa dan siapa yang salah?
Full Post

Thursday, April 09, 2009

Darah Panas



Sebelum hasil Ujian Tengah Praktik keluar, saya sudah tau nilai saya tidak akan lebih dari 50 % dari setengah nilai maksimal. Ironis sekali karena keisha dan saya tertawa bahagia saat berhsail menguasai materi ujian 2 jam sebelum 11.20 waktu ujian di mulai.
Sampai saat ini darah panas saya belum juga bergejolak dalam saat membuat sebuah .exe dengan beberapa jenis bahasa lewat struktur algoritma yang di kembangkan dari dasar ilmu yang ditemukan Al-Khawarizmi sebagai ahli matematika timur tengah.

Saat ini web-base game yang saya mainkan sebagai ayam sayur pun tidak kunjung membaik dan berkembang. Begitu pun game-game lainnya. Saya tidak pernah merasakan darah panas saya bergejolak ketika melakukan aktifitas demikian. hanya menjadi peserta seadanya.
Sampai saat ini, saya tidak tahu apa aktifitas yang benar-benar membuat darah saya bergejolak, rasanya saya tidak berbakat dalam hal apapun. Saat berolahraga atau bermain dalam seni pun saya bukan orang yang menonjol. Dalam menjaga persahabatan atau menjalin cinta pun saya tidak pernah menjadi orang yag baik dan berharga untuk dipertahankan. Tidak pernah bisa.
Pagi ini, saya berusaha merangkai kata saat hati saya berbicara. Semoga darah-darah panas saya mengalir ke ujung syaraf syaraf spontan otak dalam merangkai kata dan mengirimkannya kepada jari-jari untuk bergoyang di atas keyboard.
Full Post

Saturday, April 04, 2009

Sebuah Pengakuan Dosa



Hari ini sudah hari ke 4 di bulan ke 4 pada tahun 2009.
Kalau melihat kalender akademik, UTP dan UTS itungan jari 2 tangan 1 kaki.
Kalau melihat perkembangan kognitif, saya hanya mahasiswa yang semakin gendut.
kalau melihat afektif, saya rasa IP semester ini tidak akan jauh dari yang lalu (buruk).
Kalau melihat mental, rasanya matahari ibukota pelan pelan mengikis otak saya dan mengikis mentalnya.

Makan minum tidak teratur, tidur tidak pernah dalam porsi seharusnya, belajar dan tugas selalu delay, otak terganggu akibat terpancing akan hal negatif karena rangsangan dampak ketidak teraturan tadi. Ketika tubuh tidak pada kondisi Fully Vit, perasaan saya pun ikut bermain, stabilitas tubuh yang buruk mengajak emosi dan perasaan tidak terkontrol LALU otak pun mengambil alih dan menunggangi tubuh menjadi lebih tidak teratur. Selalu timbul ketakutan ketakutan yang sebenarnya hanya akan buang energi kalau diikuti. Saya mencoba melihat yang dekat sebelum melihat yang jauh. Namun sulit sekali. Papa, Mama, Mas Andit dan Keisha selalu meyakinkan saya untuk segera bangkit.
Menurut mereka ada kecerdasan yang lama tidak saya gunakan, menurut mereka "ini adalah episode dimana dika harus menjalani hidup tanpa aktifitas biasa (seperti SMA)", menurut mereka alam baah sadar dika merekam terlalu banyak kejadian dan sekarang hanya membuat saya takut, menurut mereka saya berlebihan untuk menjadi seorang yang peka.
Semoga perasaan saya yang mengatakan adanya keterpurukan akan segera sirna.
Amin.
Full Post