Tuesday, February 17, 2009

Doel Anak Betawi Asli (Cerita)



Si Doel Anak Betawi Asli, siapa yang tidak pernah denger judul film yang dulu sangat mendominasi layar kaca pertelevisian Indonesia. Lama tidak beraktifitas di pagi hari karena libur kuliah, lama juga saya tidak di depan televisi pada jam 7 pagi.
Biasanya setelah bangun solat subuh acara televisi saya rutin dari Lensa Olharaga, Sport 7 lalu Curious George (haha ini semenjak lulus SMA). Namun pagi ini nenek saya mendominasi TV dan chanel Rajawali Citra Televisi Indonesia terus stand by di televisi depan kamar saya. Kecewa karena ternyata gosip yang ada, Si Doel membuat saya (akhirnya) lebih meperhatikan televisi dibanding laptop ini. Film ini membuat saya ingin bercerita.

Cerita tentang tokoh-tokoh dalam Si Doel. Si Doel, mengingatkan saya sebagai anak betawi 'ga tau' asli apa enggak, yang jelas saya juga mau menjadi sarjana yang memiliki keistimewaan seperti Doel (karena jaman dulu sarjana tidak mudah ditemukan tidak seperti sekarang, dan realita itu adalah alasan saya untuk menjadi sarjana yang beda positif yaa). Babe sama Enya orang tua yang bersaha demokratis dan realistis namun apa dikata, film Doel bukan cerita zaman sekarang, jadi mereka adalah orang tua yang hebat pada zamannya dan saya mengaguminya seperti saya mengagumi orang tua saya yang demokratis pada zaman sekarang. Tentunya tanpa menutup relita dan rasionalias. Pastinya saya sayang mereka. Sosok Mandra, atun dan lainnya membuat saya malu karena tidak memiliki banyak cerita mendidik dan penuh pelajaran tentang saudara (kandung apalagi sepupu). Sungguh buruknya hubungan saya dengan saudara, tidak seperti cerita nenek dan papa mama tentang saudara-saudara mereka. Nenek sering bercerita bagaimana hubungan membangun antar saudara saat bertahan pada zaman Jepang dan Belanda. Papa pun bercerita sama, namun karena zaman berubah, ceritanya bukanlah tentang perang Jepang dan Belanda melainkan dampak dari perang itu. Papa sering cerita bagaimana susahnya keadaan keluarga dulu (agak berbeda dengan mama) namun hubungan antar saudara menjadikan papa kuat hingga sekarang papa selalu peduli akan keluarga yang dulu berdiri kokoh dan saling membangun dengan kepedulian. Mama lahir dari keluarga yang berbeda keadaan ekonominya dibanding keluarga papa, namun mama pun sering mengajarkan bagaimana cara melatih kebiasaan dalam keadaan buruk walaupun keadaan tidak buruk. Ah, banyak sekali cerita-cerita yang membangun dan bisa dijadikan tauladan. Bahkan itu hanya cerita dari sebuah film komersial, bukan cerita Nabi. Yah semua harus dikembalikan pada Syukur atas Nikmat Allah. Yang selalu sayang kepada kita Umat-Nya, banyak cerita yang selalu bisa diambil hikmahnya. Terima kasih ya Allah.

No comments:

Post a Comment